Arsitektur Rumah Tradisional Sunda
Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah panggung, yaitu rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Di samping itu, panggung merupakan bentuk yang paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik. Secara teknik rumah panggung memiliki tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan air, kolong sebagai media pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik untuk kehangatan dan kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan lain sebagainya (Adimihardja dalam Nuryanto, 2006).
Fungsi secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia terbagi tiga: buana larang, buana panca tengah, dan buana nyuncung. Buana panca tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, karena itulah tempat tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke buana larang (dunia bawah/bumi) dan buana nyuncung (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah tersebut harus memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah, oleh karena itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang disebut umpak sebagainya (Adimihardja dalam Nuryanto, 2006).
Secara teknis, rumah tradisional Sunda memiliki ciri yang khas, yaitu bentuk atap yang menyesuaikan terhadap keadaan alam, fungsi, dan adat istiadat dari kampung setempat (Anwar dan Nugraha, 2013). Material yang digunakan untuk membangun semua bersumber dari alam. Hasil karya mereka tampak harmoni dengan lingkungan sekitarnya sehingga keberlangsungan hidup generasi pada masa yang akan datang tetap terjaga dengan baik.
Referensi
[1] Anwar H, Nugraha HA. (2013). Rumah Etnik Sunda. Jakarta : Griya Kreasi
[2] Iswanto HY. (2013). Kajian Konsep Green Architecture Berbasis Arsitektur Tradisional Sebagai Manifestasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. File Presentasi
[3] Nuryanto. (2006). Kontinuitas dan Perubahan Pola Kampung dan Rumah Tinggal dari Kasepuhan Ciptarasa ke Ciptagelar di Kab.Sukabumi-Jawa Barat. Laporan Tesis Magister Arsitektur, SAPPK-ITB. Tidak diterbitkan
Originally published at http://hadiyanuariswanto.wordpress.com on April 28, 2014.