Tipologi Arsitektur Tradisional

Hadi Yanuar Iswanto
2 min readJul 2, 2015

--

Tipologi bangunan adalah ilmu tentang klasifikasi sesuatu. Menurut Iswati (2003) dalam Santoso (2011), tipologi adalah studi tentang tipe dengan kegiatan kategorisasi dan klasifikasi untuk menghasilkan tipe. Kegiatan kategori dan tipe tersebut sekaligus dapat dilihat keragaman dan keseragamannya. Menurut Loekito (1994) dalam Pangarsa. dkk (2012), tipologi dapat dilakukan apabila obyek yang diteliti memiliki kesamaan sifat atau ciri-ciri.

Arsitektur tradisional di Indonesia memiliki kesamaan prinsip dalam menerjemahkan makna ruang kehidupan. Desain arsitektur mereka dilatarbelakangi oleh kepercayaan dari leluhurnya yang berkembang di masyarakat setempat. Filosofi ketuhanan terkandung dalam pertimbangan rancangan bangunan mereka. Desain arsitektur tradisional Indonesia sebagian besar menggunakan material yang terdapat di lingkungan sekitarnya, sehingga menghasilkan bangunan yang ramah terhadap lingkungan. Muatan kearifan lokal tersebut seringkali melampaui zaman dan masih relevan dengan konteks kekinian. Pangarsa. dkk (2012) mengelompokkan Arsitektur Tradisional di Indonesia dalam kategori yang didasarkan pada strategi kebudayaan, yaitu:

Keperkasaan Masyarakat Megalit;

Melanjutkan sifat-sifat dasar masyarakat mengalit yang selama ini dianggap telah punah, tetapi penerusnya masih memiliki tradisi yang dipegang teguh. Ciri ini hanya tertinggal jejak-jejak tipisnya di beberapa tempat seperti Batak, Sumba atau Toraja. Warisan keperkasaan mengolah batu-batu besar tampak pada arsitekturnya.

Kewaspadaan Pelestari Lingkungan Hutan;

Kepekaan dalam mengenali dan menjaga kondisi alam di sekitar hunian manusia telah menjadikan masyarakat pelestari hutan waspada dalam mengelola alamnya.Fenomena ini sekarang tinggal terwakili oleh beberapa “artefak” saja, misalnya Mentawai atau Papua.

Ketekunan Masyarakat Tani Pedalaman;

Kebersamaan dan kejelian dari masyarakat tani pedalaman telah banyak menelurkan norma dan kebudayaan yang menjaga keharmonisan antara manusia, alam dan lingkungan binaannya. Sebagian besar dari arsitektur rakyat Nusantara adalah dari kelompok masyarakat tani pedalaman dan masyarakat tani pesisir pantai dengan ciri “ketekunan mengolah tanah pertanian”.

Keterbukaan Masyarakat Pesisir

Kondisi alam dan kebutuhan dalam berhuni membentuk masyarakat pesisir menjadi lebih terbuka dalam menata ruangnya. Pendeknya ruang transisi yang mereka bangun seakan menjadikan ruang bersama adalah salah satu cara perlingdungan diri terhadap keberadaan manusia di dalam arsitekturnya.

Kelenturan Masyarakat Dagang, Industri dan Informasi

Arsitektur rakyatnya terkena dampak langsung dari peradaban industri yang mengimbas dari kota-kota besar ke daerah perdesaan di sekitarnya.

Dari hasil temuan-temuan di atas, kita dapat melihat bahwa Arsitektur Tradisional memiliki ciri yang khas. Mereka bersifat harmoni dengan alam sekitar. Untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggalnya, masyarakat tradisional berusaha untuk tetap menjaga keaslian ekosistem lingkungan. Dengan harmonisasi ini akan terwujud suatu pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dipertegas oleh Bruntland (1987) dalam Widaningsih dan Cahyani (2013) yang menyatakan “Sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs.” Demikianlah pembangunan berkelanjutan didefinisikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini saja tetapi juga memenuhi kebutuhan bagi generasi yang akan datang.

Referensi

  1. Pangarsa WG, dkk. (2012). Tipologi Nusantara Green Architecture Dalam Rangka Konservasi Dan Pengembangan Arsitektur Nusantara Bagi Perbaikan Kualitas Lingkungan Binaan. Jurnal RUAS, 10, (2), 78–94
  2. Santoso I. (2011). Studi Pengamatan Tipologi Bangunan pada Kawasan Kauman Kota Malang. Jurnal Ilmiah Local Wisdom. 3, (2), 10–26.
  3. Widaningsih L, Cahyani D. (2013).Pengukuran Indeks Arsitektur Hijau (Green Building) pada Arsitektur Tradisional di Jawa Barat. Proposal Penelitian. Tidak diterbitkan

Originally published at http://hadiyanuariswanto.wordpress.com on July 2, 2015.

--

--